Selasa, 07 Mei 2013

Rangkuman Buku IBD part 1 (Bab 1-5)


BAB 1 (Tinjauan Ilmu Budaya Dasar)


A. PENDAHULUAN


Ilmu Budaya Dasar adalah salah satu mata kuliah yang membicarakan tentang nilai- nilai, kebudayaan, tentang berbagai masalah yang dihadapi manusia dalam hidupnya sehari-hari.
Secara singkat dapatlah dikatakan bahwa setelah mendapat mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memperlihatkan :
1. Minat dan kebiasaan menyelidiki apa- apa yang terjadi disekitarnya dan diluar lingkungannya, menelaah apa yang dikerjakannya sendiri.
2. Kesadaran akan pola- pola nilai yang dianutnya serta bagaimana hubungan nilai- nilai ini dengan cara hidupnya sehari- hari.
3. Kerelaan memikirkan kembali dengan hati terbuka nilai- nilai yang dianutnya untuk mengetahui apakah dia berdiri sendiri dapat membenarkan nilai- nilai tersebut ubtuk dirinya sendiri.
4. Keberanian moral untuk mempertahankan nilai- nilai yang dirasanya sudah dapat diterimanya dengan pnuh tanggung jawab dan sebaliknya menolak nilai- nilai yang tidak dapat dibenarkan.
Latar belakang mata kuliah IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai berikut :
1. Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan- ikatan primordial, kesukuan, dan kedaerahan.
2. Proses pembangunan yang sedang berlangsung dan terusmenerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya. Akibat lebih jauh dari pembenturan nilai budaya ini ialah timbulnya konflik dalam kehidupan.
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yang telah diciptakannya. Hal ini merupakan sifat ambivalen teknologi, yang disamping memiliki segi- segi positifnya, juga memiliki segi-segi negatif. Akibat dampak negatif teknologi, manusia kini menjadi resah dan gelisah.


B. ILMU BUDAYA DASAR SEBAGAI BAGIAN DARI MATA KULIAH DASAR UMUM


Secara khusus MKDU bertujuan untuk menghasilan warga negara sarjana yang berkualifikasi sebagai berikut :
1. Berjiwa Pancasila sehingga keputusan dan tindakannya mencerminkan pengalaman nilia- nilai pancasila dan memiliki integritas kepribadian yang tinggi, yang mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaan sebagai sarjana Indonesia.
2. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan bertindak sesuai ajaran agamanya, dan memiliki tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain.
3. Memiliki wawasan komprehensif dan pendekatan integral didalam menyikapi permasalahan kehidupan baik sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, maupun kebudayaan pertahanan.
4. Memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bermasyarakat dan secara bersama- sama mampu berperan serta meningkatkan kualitasnya, maupun lingkungan alamiah dan bersama- sama berperan serta didalam pelestariannya.
Jadi, pendidikan umum yang menitik beratkan pada usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa, pada dasarnya berbeda dengan mata kuliah- mata kuliah bantu yang bertujuan untuk menopang keahlian mahasiswa dalam disiplin ilmunya. Demikian pula berbeda dengan pendidikan keahlian yang bertujuan untuk mengembangkan mahasiswa dalam bidang atau disiplin ilmunya.


C. PENGERTIAN ILMU BUDAYA DASAR


Secara sederhana Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep- konsep uang dikembangkan untuk mengkaji masalah- masalah kemanusiaan dan kebudayaan.
Istilah ilmu budaya dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Humanus yang bisa diartikan manusia berbudaya dan halus.
Prof. Dr. Harsya Bachtiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu :
1. Ilmu- ilmu alamiah (natural science)
Ilmu- ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal itu diunakan metode alamiah. Caranya dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan- keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas, hasil analisis itu kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi. Hasil penelitiannya 100 % benar dan 100 % salah. Yang termasuk kelompok ilmu- ilmu alamiah antara lain ialah astronomi, fisika, kimia, biologi, kedokteran, dan mekanika.
2. Ilmu- ilmu sosial (sosial science)
Ilmu- ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan- keteraturan yang terdapat dalam hubungan antar manusia. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode alamiah sebagai pinjaman dari ilmu- ilmu alamiah. Tetapi hasi penelitiannya tidak mungkin 100 % benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antar manusia itu tidak dapat berubah dari saat ke saat. Yang termasuk ilmu- ilmu sosial antara lain ilmu ekonomi, sosiologi, politik, demografi, psikologi, antropologi sosial, sosial hukum, dsb.
3. Pengetahuan budaya (the humanities)
Pengetahuan budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan- kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode pengungkapan peristiwa- peristiwa dan pernyataan- pernyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti. Peristiwa- peristiwa dan pernyataan- pernyataan itu pada umumnya terdapat dalam tulisan- tulisan, metode ini tidak ada sangkut pautnya dengan metode ilmiah, hanya mungkin ada pengaruh dari metode alamiah.


D. TUJUAN ILMU BUDAYA DASAR


Penyajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep- konsep yang dikembngkan untuk mengkaji masalah- masalah manusia dan kebudayaan.
Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut ilmu budaya dasar diharapkan dapat :
1. Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
2. Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan- persoalan yang menyangkut dua hal tersebut.
3. Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bangsa dan negara serta ahli dalam bidang disiplin masing- masing, tidak jatuh kedalam sifat- sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat. Usaha ini terjadi karena ruang lingkup pendidkan kita amat sempit dan condong membuat manusia spesialis yang berpandangan kurang luas. Kedaerahan dan pengkotakan didiplin ilmu yang ketat.
4. Mengusahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancar dalam berkomunikasi.


E. RUANG LINGKUP ILMU BUDAYA DASAR


Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah ditentukan diatas, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai sebagai bahan pertibangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Kedua masalah pokok itu ialah :
1. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi masing- masing keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai displin dalam pengetahuan budaya.
2. Hakekat manusia yang satu aatu universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing- masing jaman dan tempat. Dalam melihat dan menghadapi lingkungan alam, sosial dan budaya, manusia tidak hanya mewujudkan kesamaan- kesamaan, akan tetapi juga ketidak seragaman yang diungkapkan secara tidak seragam, sebagaimana yang terlihat ekspresinya dalam berbagai bentuk dan corak ungkapan, pikiran, dan perasaan, tingkah laku, dan hasil kelakuan mereka.
Pokok yang akan dikembangkan adalah :
- Manusia dan cinta kasih
- Manusia dan keindahan
- Manusia dan penderitaan
- Manusia dan keadilan
- Manusia dan pandangan hidup
- Manusia dan tanggung jawab serta pengabdian
- Manusia dan kegelisahan
- Manusia dan harapan


BAB II ( MANUSIA DAN KEBUDAYAAN )


A. MANUSIA


Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik, dan dapat dipegang dari banyak segi.
Ada dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur- unsur yang membangun manusia
1. Manusia itu terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu
a. Jasad, yaitu : badan kasar manusia yang nampak dari luarnya, dapat diraba dan difoto, dan menempati ruang dan waktu.
b. Hayat, yaitu : mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan gerak.
c. Ruh, yaitu : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
d. Nafsu, dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri.
2. Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur yaitu :
a. Id, yang merupakan struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak nampak. Id merupakan libido murni, atau energi psikis yang menunjukkan ciri alami yang irrasional yang terkait dengan sex, yang secara instingtual menentukan proses- proses ketidaksadaran (unconcious).
b. Ego, merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari id, sering disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan energi Id kedalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain.
c. Superego, merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira- kira pada usia lima tahun. Dibandingkan dengan id dan ego, yang berkembang secara internal dalam diri individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi superego merupakan kesatuan standar- standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari pandangan- pandangan orang tua.


B. HAKEKAT MANUSIA


a. Mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa terdapat didalam tubuh, tidak dapat dilihat, tdak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi. Jiwa adalah roh yang ada didalam tubuh manusia sebagai penggerak dan sumber kehidupan.
b. Mahluk cipaan Tuhan yang palin sempurna, jika dibandingkan dengan mahluk lainnya.
Kesemurnannya terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat didalam jiwa manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya trdapat pada manusia, misalnya :
1. Perasaan intelektual, yaitu persaan yang berkenaan dengan pengetahuan.
2. Perasaan estesis, yaitu persaan yang berkenaan dengan keindahan.
3. Perasaan etis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kebaikan.
4. Perasaan diri, yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan dari yang lain.
5. Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kelompok atau korp atau hidup bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain.
6. Perasaan religius, yaitu perasaan yang berkenaan dengan agama atau kepercayaan.
c. Mahluk biokultural, yaitu mahluk hayati dan budayawi.
Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor- faktor hayati dan budayawi. Sebagai mahluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi- segi anatomi, fisiologi atau faal, biokimia, psikobiologi, patologi, genetika, biodemografi, evolusi biologisnya, dan sebagainya. Sebagai mahluk budayawi manusia dapat dipelajari dari segi- segi kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi sosial, kesenian, ekonomi, perkakas, bahasa, dan sebagainya.
d. Mahluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), memepunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu, estetis, etis, dan religius. Dengan kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali (karya) dalam lukisan, tarian, nyanyian yang indah. Dalam etis, manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk- bentuk keputusan bebas dan dipertanggungjawabkan. Dengan kehidupan religius, manusia menghayati pertemuannya dengan Tuhan.


C. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR


Ilmu psikologi yang memang berasal dan timbul dari masyarakat Barat, dimana konsep indvidu itu mengambil tempat yang sangat penting, biasanya menganalisis jiwa manusia dengan terlampau banyak menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai kesatuan analisis tersendiri.


D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN


Kebudayaan jika dikaji dari asal bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Latin, kebudayaan berasal dari corele, yang berarti mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya.


E. UNSUR- UNSUR KEBUDAYAAN


C. kluckhohn di dalam karyanya yang berjudul Universal Categories of culture mengemukakan, bahwa ada tujuh kebudayaan Universal, yaitu :
1. Sistem religi (sistem kepercayaan).
2. Sistem organisasi kemasyarakatan.
3. Sistem pengetahuan.
4. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem- sistem ekonomi.
5. Sistem teknologi dan peralatan.
6. Bahasa
7. Kesenian.


F. WUJUD KEBUDAYAAN


Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia :
Wujud ini disebut sebagai sistem budaya, sifatnya absrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala- kepala manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup.
2. Kompleks aktivitas :
Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diaati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial.
3. Wujud sebagai benda :
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasikan benda untuk berbagai keperluan hidupnya.


G. ORIENTASI NILAI BUDAYA


Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C. Kluckhohn dalam karyanya variations in value orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan didunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu :
1. Hakekat hidup manusia (MH)
2. Hakekat karya manusia (MK)
3. Hakekat waktu manusia (WM)
4. Pandangan manusia terhadap alam (MA)
5. Hakekat hubungan anatara manusia dengan sesamanya (MM)


H. PERUBAHAN KEBUDAYAAN


Terjadinya gerak / perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :
1. Sebab- sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
2. Sebab- sebab perubahan lingkungan alam dan fisisk tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur- jalur hubungan dengan masyarakt dan kebudayaan lain, cenderung untuk berubah lebih cepat.
Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya :
1. Tetbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang- orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan hidup dan nilai- nilai dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai- nilai agama, dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada, maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan yang harus disensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur- unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.


I. KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN


Hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap, yaitu :
1. Eksternalisasi, yaitu dimana manusia mengekspresikan dirirnya dengan membangun dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
3. Internalisasi, yaitu dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.







BAB III ( KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN )


A. PENDEKATAN KESUSASTRAAN


Hampir setiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alsan pertama, karena sestra mempergunakan bahasa. Sementara itu, bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya yang kemudian melahirkan ilmu- ilmu sosial, manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian, manusia dan bahasa pada hakekatnya adalah satu. Kenyataan inilah mempermudah sastra untuk berkomunikasi.
Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.


B. ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA


Istilah prosa banyak padanannya. Kadang- adang disebut narrative fiction, prose fiction atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau novel atau cerita pendek.
Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru
a. Prosa lama meliputi
1. Dongeng- dongeng
2. Hikayat
3. Sejarah
4. Epos
5. Cerita pelipur lara
b. Prosa baru meliputi
1. Cerita pendek
2. roman/ novel
3. Biografi
4. Kisah
5. Otobiografi


C. NILAI- NILAI DALAM PROSA FIKSI


Adapun nilai- nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
1. Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh- tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
2. Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat didalam ensiklopedi. Dalam novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lau, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
3. Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimulasi imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti- hentinya dari budaya bangsa.
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman- pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon- respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.


D. ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI


Pembahasan puisi dalam rangka pengajaran Ilmu Budaya Dasar tidak akan diarahkan pada tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasinya yang murni. Puisi dipakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema- tema atau pokok bahasan yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar.
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan :
1. Figura bahasa (figurative laguage) seperti gaya personifikasi, metafora, perbandigan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik, dan memberi kejelasan gambaran agan.
2. Kata- kata yang ambiquitas yaitu kata- kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3. Kata- kata berjiwa yaitu kata- kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4. Kata- kata yang konotatif yaitu kata- kata yang sudah diberi tambahan nilai- nilai rasa dan asosiasi- asosiasi tertentu.
5. Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal- hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
Adapun alasan- alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar adalah sebagai berikut :
1. Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
2. Puisi dan keinsyafan / kesadaran individual.
3. Puisi dan keinsyafan sosial.
Secara imaginatif puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa :
- Penderitaan atas ketidak adilan.
- Perjuangan untuk kekuasaan.
- Konflik dengan sesamanya.
- Pemberontakkan terhadap hukum Tuhan.




BAB IV ( MANUSIA DAN CINTA KASIH )


A. PENGERTIAN CINTA KASIH


Menurut kamus umum Bahasa Indonesia karya W.J.S Poerdawarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rata cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada sesorang yang disertai menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta kasih mengandung arti hampir bersamaan, namun terdapat perbedaan juga antara keduanya. Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya ; dengan kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan ynag erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dan Tuhannya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan Ikhlas, mengikuti perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
Cinta tingkat terendah adalah cinta yang paling keji, hina, dan merusak rasa kemanusiaan. Karena itu ia adalah cinta rendahan. Bentuknya beraneka ragam misalnya :
1. Cinta kepada thagut. Thagut adalah syetan, atau sesuatu yang disembah selain Tuhan. Dalam surat Al Baqarah, Allah berfirman :
Dan diantara manusia dan orang- orang yang menyembah tandingan- tandingan Allah ; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang- orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.
2. Cinta berdasarkan hawa nafsu.
3. Cinta yang lebih mengutamakan kecintaan kepada orang tua, anak, istri, perniagaan, dan tempat tinggal.
Hikmah cinta adalah sangat besar. Hanya orang yang telah diberi kefahaman dan kecerdasan oleh allah sajalah yang mampu merenungkannya. Diantara hikmah- hikmah tersebut adalah :
1. Sesungguhnya cinta adalah merupakan ujian yang berat dan pahit dala kehidupan manusia, karena setiap cinta akan mengalami berbagai macam rintangan.
2. Bahwa fenomena cinta yang telah melekat di dalam jiwa manusia merupakan pendorong dan pembangkit yang paling besar di dalam melestarikan kehidupan lingkungan. Kalau bukan karena cinta, tentu manusia tidak akan pernah terdorong gairah hidupnya untuk mewujudkan apa yang dicita- citakan. Pendek kata kalua bukan fenomena cinta, tak akan pernah ada gerakan, kreasi, dan apresiasi di dunia ini. Juga tak akan pernah ada pembangunan dan kemajuan.
3. Bahwa fenomena cinta merupakan faktor utama di dalam kelanjutan hidup manusia, dalam kenal- mengenal antar mereka. Juga untuk saling memanfaatkan kemajuan bangsa. Ia merupakan modal utama di dalam mengenal berbagai macam ilmu pengetahuan yang tersimpan di dalam keindahan alam, kehidupan dan kemanusiaan.
4. Fenomena cinta, jika diperhatikan merupakan pengikat yang paling kuat di dalam hubungan antar anggota keluarga, kerukunan bermasyarakat, mengasihi sesama mahluk hidup, menegakkan keamanan, ketentraman, dan keselamatan di segala penjuru bumi. Cinta merupakan benih dari segala kasih dan sayang, dan segala bentuk persahabatan, dimanapun adanya.


B. CINTA MENURUT AJARAN AGAMA


Dalam kehidupan manusia cinta menampakkan diri dalam bernagai bentuk. Kadang- kadang seseorang mencintai dirinya sendiri. Kadang- kadang mencintai orang lain. Atau juga istri dan anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasulnya. Berbagai bentuk cinta ini bisa kita dapatkan dalam kitab suci Al-Qu’ran.
1. Cinta diri
Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senag untuk tetap hidup, mengembangkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri. Ia mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia membenci segala sesuatu yang menghalanginya untuk hidup, berkembang dan mengaktualisasikan diri. Ia juga membenci segala sesuatu yang mendatangkan rasa sakit, penyakit dan mara bahaya. Al-Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri ini, kecenderungannya untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan menghindari dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya, melalui ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui hal- hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal- hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
Namun hendaknya cinta manusia pada dirinya tidaklah terlalu berlebih- lebihan dan melewati batas. Sepatutnya cinta pada diri sendiri ini diimbangi dengan cinta pada orang lain dan cinta berbuat kebajikan kepada mereka.
2. Cinta kepada sesama manusia.
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya. Hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang pada orang- orang lain, bekerja sama dengan dan memberi bantuan pada orang lain. Oleh karena itu, Allah ketika memberi isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus menerus untuk memperoleh kebaikan serta kebhakilannya dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya, setelah itu Allah lansung memberi pujian pada orang- orang yang berusaha untuk tidak berlebih- lebihan dalam cintanya kepada diri sendiri dan melepaskan diri dari gejala- gejala itu adalah dengan melalui iman, menegakkan shalat, memberikan zakat, bersedekah kepada orang- orang miskin dan tak punya, dan menjauhi segala larangan Allah. Keimanan yang demikian ini akan bisa menyeimbangkan antara cintanya kepada diri sendiri dan cintanya kepada orang lain, dan dengan demikian akan bisa merealisasikan kebaikan individu dan masyarakat.
3. Cinta seksual
Cinta erat kaitannya dengan dorongan sksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerja sama antara suami dan istri. Ia merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga.
Dorongan seksual melakukan suatu fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat golongan seksualah terbentuk keluarga. Dari keluarga terbentuk masyarakat dan bangsa. Dengan demikian bumi pun menjadi ramai. Bangsa- bangsa saling kenal mengenal, kebudayaan berkembang, dan ilmu pengetahuan dan industri menjadi maju. Islam mengakui dorongan seksual dan tidak mengingkarinya. Jelas dengan sendirinya ia mengakui pula cinta seksual yang mengakui dorongan tersebut. Sebab ia merupakan emosi alamiah dalam dri manusia yang tidak diingkari, tidak ditentang ataupun ditekannya. Yang diserukan Islam hanyalah pengendalian dan penguasaan cinta ini, lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan cara yang sah, yaitu dengan perkawinan.
4. Cinta kebapakan
Mengingat bahwa antara ayah dengan anak- anaknya tidak terjalin oleh ikatan- ikatan fisiologis seperti yang menghubungkan si Ibu dengan anak- anaknya, maka para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorngan fisiologis seperti halnya dorongan keibuan, meliankan dorongan psikis. Dorongan ini nampak jelas dalam cinta bapak kepada anak- anaknya, karena mereka sumber kesenangan dan kegembiraan baginya, sumber kekuatan dan kebanggaan, dan merupakan faktor penting bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya ia setelah meninggal dunia.
Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an diisyaratkan dalam kisah nabi Nuh as. Betapa cintanya ia kepada anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan penuh rasa cinta, kasih sayang, dan belas kasihan, untuk naik keperahu agar tidak tenggelam di telan ombak.
5. Cinta kepada Allah
Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya saja, tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah lakunya. Semua tingkah laku dan tindakannya di tunjukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan Ridha-Nya.
Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukkan semua bentuk kecintaan lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang yang cinta pada sesama manusia, hewan, seluruh mahluk Allah dan seluruh alam semesta. Sebab dalam pandangannya semua wujud yang ada disekelilingnya mempunyai manifestasi dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan- kerinduan spiritualnya dan harapan kalbunya.
6. Cinta kepada Rasul
Cinta kepada Rasul yang diutus Allah, sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat ke dua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya. Seorang mukmin yang benar- benar beriman dengan sepenuh hati akan mencintai Rasulullah yang telah menanggung derita dakwah islam, berjuang dengan penuh segala kesulitan sehingga islam tersebar di seluruh penjuru dunia, dan membawa kemanusiaan dari kekelaman kesesatan menuju cahaya petunjuk.


C. KASIH SAYANG


Pengertian kasih sayang menurut kamus umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerdawarminta adalah perasaan sayang, perasaan cinta, atau perasaan suka kepada sesorang.
Dalam kasih sayang sadar atau tidak sadar dari masing- masing pihak di tuntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah satu unsur kasih sayang hilang, misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran, terancamlah rumah tangga itu.
Suatu kasus yang sering terjadi, yang menyebabkan seseorang menjadi morfinis, keberandalan remaja, frustasi dan sebagainya, dimana semuanya dilatar belakangi kurangnya perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarganya.
Adanya kasih sayang ini mempengaruhi kehidupan si anak dalam masyarakat. Orang tua dalam memberikan kasih sayangnya bermacam- macam demkian pula sebaliknya. Dari cara pemberian cinta kasih ini dapat dibedakan :
1. Orang tua bersifat aktif, si anak bersikap pasif.
Dalam hal ini orang tua memberikan kasih sayang terhadap anaknya baik berupa moral- materil dengan sebanyak- banyaknya, dan si anak menerima saja, mengiyakan tanpa memberikan respon. Hal ini menjadikan si anak menjadi takut, kurang berani dalam masyarakat, tidak berani menyatakan pendapat, minder, sehingga si anak tidak mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat.
2. Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat aktif.
Dalam hal ini si anak berlebih- lebihan memberikan kasih sayang terhadap orang tuanya, kasih sayang ini diberikan secara sepihak, orang tua mendiamkan saja tingkah laku si anak, tidak memberikan perhatian apa yang diperbuat si anak.
3. Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat pasif.
Di sini jelas bahwa masing- masing membawa hidupnya, tingkah lakunya sendiri- sendiri, tanpa saling memperhatikan. Kehidupan keluarga sangat dingin, tidak ada kaish sayang, masing- masing membawa caranya sendiri, tidak ada tegur sapa jika tidak perlu. Orang tua hanya memenuhi dalam bidang materi saja.
4. Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat aktif.
Dalam hal ini orang tua dan anak saling memberikan kasih sayang dengan sebanyak- banyaknya. Sehingga hubungan orang tua dan anak sangat intim dan mesra. Saling mencintai, saling menghargai, saling membutuhkan.


D. KEMESRAAN


Kemesraan berasal dari kata dasar mesra, artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan ialah hubungan yang akrab baik antara pria wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga.
Kemesraan cinta tidak hanya terpatri dalam lubuk hati masing- masing tapi juga memancar dari sinar mata keduanya yang bening dan belaian- belaian mesra jari- jemari mereka yang bergetar.


E. PEMUJAAN


Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini ialah karena pemujaan kepada tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Apa sebab itu terjadi adalah karena Tuhan menciptaka alam semesta.
Tuhan adalah pencipta, tetapi Tuhan juga penghancur segalanya, bila manusia mengabaikan segala perintahnya. Karena itu ketakutan manusia selalu mendampingi hidupnya dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia memuja-Nya. Dalam surat Al-mu’minun ayat 98 dinyatakan, “ dan aku berlindung kepada-Mu. Ya Tuhanku, dari kehadiran-Nya di dekatku.”
Karena itu jelaslah bagi kita semua, bahwa pemujaan kepada tuhan adalah bagian hidup manusia, karena Tuhan pencipta semesta termasuk manusia itu sendiri. Dan pencipta semesta untuk manusia.
Pemujaan – pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal ini berarti manusia mohon ampun atas segala dosanya. Mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, mohon di tambahkan segala kekurangan yang ada padanya, dan lain- lain.


F. BELAS KASIHAN


Dalam surat Al-Qolam ayat 4, maka manusia menaruh belas kasihan kepada orang lain, karena belas kasihan adalah perbuatan yang berbudi. Sedangkan orang yang berbudi sangat dipuji oleh Allah SWT.
Perbuatan atau menaruh belas kasihan adalah orang yang berahak. Manusia mempunyai potensi untuk berbelas kasihan. Masalahnya sanggupkah ia menggugah potensi belas kasihannya itu. Bila orang itu tergugah hatinya maka berarti orang berbudi dan terpujilah oleh Allah SWT.
Dalam esai on love ada pengertian bahwa cinta adalah rasa persatuan tanpa syarat. Itu berarti dalam belas kasihan tidak terkandung unsur pamrih. Belas kaishan yang kita tumpahkan benar- benar keluar dari lubuk hati yang ikhlas. Kalau kita memberikan uang pada pengemis agar mendapatkan pujian, itu berarti tidak ikhlas, berarti ada tujuan tertentu. Hal seperti itu banyak terjadi dalam masyarakat.
a. Cara- cara menumpahkan belas kasihan.
Dalam kehidupan banyak sekali yang harus kita kasihani dan banyak cara kita menumpahken belas kasihan. Yang perlu kita kasihani antara lain : yatim piatu, orang- orang jompo yang tidak mempunyai ahli waris, pengemis yang benar- benar tidak mampu bekerja. Orang sakit di rumah sakit, orang cacat, masyarakat kita yang hidup menderita dan sebagainya.


G. CINTA KASIH EROTIS


Pertama- tama cinta kasih erotis kerap kali dicampurrbaurkan dengan pengalaman yang eksplosif berupa ajtuh cinta, yaitu keruntuhan tiba- tiba tembok yang sampai waktu itu terdapat diantara dua orang yang asing satu sama lain. Tetapi seperti yang telah dikatakan terlebih dahulu, pengalamna itimitas, kemesraan yang tiba- tiba ini pada hakekatnya hanyalah sementara saja.
Cinta kasih erotis apabila ia benar- benar cinta kasih, mempunyai satu pendirian, yaitu bahwa seseorang sungguh- sungguh mencintai dan menasihi dengan jiwanya yang sedalam- dalamya, dan menerima pribadi orang lain (wanita ataupun pria) dengan jiwanya yang sedalam- dalamnya. Pada hakekatnya, semua mahluk manusia itu identik. Kita semuanya merupakan bagian dari satu : kita merupakan satu. Karena demikian halnya, maka sebenarnya tak usahlah kita ambil pusing siapa yang kita cintai dan kita kasihi. Cinta kasih pada hakekatnya merupakan suatu perbuatan kemauan, suatu keputusan untuk mengikat kehidupan dengan kehidupan orang lain. Hal ini memanglah merupakan dasar gagasan bahwa suatu pernikahan tradisional, yang kedua mempelainya tidak pernah memilih jodohnya sendiri, tetapi telah dipilihkan untuknya oleh orang lain, yang diharapkan ialah bahwa mereka akan saling mencinta dan mengasihi.
Dengan demikian, maka baik pandangan bahwa cinta kasih erotis merupakan atraksi individual belaka maupun pandangan bahwa cinta kasih erotis itu tidak lain dari pada perbuatan kemauan, kedua- duanya benar, atau lebih tepat jika dikatakan bahwa tidak terdapat pada yang sat, juga tidak pada yang lain. Oleh karena itu, gagasan bahwa hubungan pernikahan mudah saja diputuskan apabila orang tidak bersukses di dalamnya, merupakan gagasan yang sama sekali keliru dengan gagasan bahwa hubungan semacam itu, di dalam keadaan bagaimanapun, tidak boleh diputuskan.




BAB V ( MANUSIA DAN KEINDAHAN )


A. KEINDAHAN


Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, pemandangan alam, manusia, rumah, tatanan, perabot rumah tangga, suara, warna, dan sebagainya.
Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran bararti tidak indah. Karena itu tiruan lukiasan monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak benar.
Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.
a. Apakah keindahan itu ?
Keindahan itu suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas. Keindahan itu baru jelas jika telah di hubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya. Dengan kata lain keindahan itu baru dapat dinikmati jika dihubungan dengan suatu bentuk. Dengan bentuk itu keindahan dapat berkomunikasi.
Menurut cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam bahasa Inggris sering digunakan istilah beauty (keindahan) dan the beautiful (benda atau hal yang indah). Dalam pembatasan filsafat kedua pengertian itu kadang- kadang dicampuradukan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut lusa pengertian, yakni :
a) Keindahan dalam arti yang luas
b) Keindahan dalam arti estetis murni
c) keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan
keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Jadi keindahan ynag seluas- luasnya meliputi :
- Keindahan seni
- Keindahan alam
- Keindahan moral
- Keindahan intelektual

b. Nilai estetik
Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Nilai adalah semata- mata suatu realita psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri.
c. Kontemlasi dan ekstansi
Keindahan dapat dinikmati menurut selera seni dan selera biasa. Keindahan yang didasarkan pada selera seni didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasiadalah dasar pada diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati seuatu yang indah. Apabila kedua dasar ini dihubungkan dengan bentuk di luar diri manusia, maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah.
d. Apa sebab manusia menciptakan keindahan ?
Keindahan itu pada dasarnya adalah alamiah. Alam ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu ciptaan Tuhan. Alamiah artinya wajar, tidak berlebihan tidak juga kurang.
Berikut ini akan dicoba menguraikan alasan/ motivasi dan tujuan seniman menciptakan keindahan.
1. Tata nilai yang telah usang
Tata nilai yang terjelma dalam adat istiadat ada yang sudah tidak sesuai lagi denagn keadaan, sehingga dirasakan sebagai hamabatan yang merugikan dan mengorbankan nilai- nilai kemanusiaan, misalnya kawin paksa, pingita, derajat wanita lebih rendah dari derajat laki- laki.
2. Kemerosotan zaman
Keadaan yang merendahkan derajat dan nilai kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral. Kemerosotan moral dapat diketahui dari tingkah laku dan perbuatan manusia yang bejad terutama dari segi kebutuhan seksual.
3. Penderitaan manusia
Banyak faktor yang membuat manusia itu menderita. Tetapi yang paling menentukan ialah faktor manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat orang menderita sebagai akibat nafsu yang ingin berkuasa, serakah, tidak berhati- hati dan sebagainya.
4. Keagungan Tuhan
Keagungan Tuhan dapat dibuktikan melalui keindahan alam dan keteraturan alam semesta serta kejadian- kejadian alam. Keindahan alam merupakan keindahan mutlak ciptaan Tuhan. Manusia hanya dapat meniru saja keindahan Tuhan itu.
e. Keindahan menurut padangan romantik
Bahwa sesuatu yang indah adalah keriangan selama- lamanya, kemolekannya bertambah, dan tidak pernah berlalu ketiadaan. Dari sini kita mengetahui bahwa keindahan hanyalah sebuah konsep yang baru berkomunikasi setelah mempunyai bentuk.


B. RENUNGAN


Renungan berasal dari kata renung ; artinya diam- diam mmikirkan sesuatu, atau memikikan sesuatu denagn dalam- dalam. Renungan adalah hasing merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori. Teori- teori itu adalah : teori pengungkapan, teori metafisik, dan teori psikologik.
a) Teori pengungkapan
Teori pengungkapan adalah Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalaminya dan telah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan berbagai gerak, garis, warna, suara dan bentuk yang dingkapkan dalam kata- kata memindahkan perasaan itu sehingga orang- orang mengalami perasaan yang sama.
b) Teori metafisik
Teori seni yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato dan karya- karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi keindahan dan teori seni.c) Teori psikologis
Sebagian ahli estetis dalam abad modern menelaah teori- teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode- metode psikologis.
Sebuah teori lagi yang dapat dimasukan dalam teori psikologis ialah teori penandaan (signification theory). Yang memandang seni suatu lambang atau tanda dari perasaan manusia.


C. KESERASIAN


Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang.
a. Teori obyektif dan teori subyektif
Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri- ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualita) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.
Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri- ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda.
b. Teori perimbangan
Teori obyektif memandang keindahan dari bangsa Yunani Kuno dulu dan dipahami pula dalam arti yang lebih terbatas, yakni secara kualitatif yang diungkapkan dengan angka- angka. Keindahan dianggap sebagai kualita dari benda- benda yang disusun (yakni mempunyai bagian- bagian).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar